Cerpen Lailatul Fitriyah
Aku adalah gadis remaja berusia 17 tahun, namaku Gracia Cita Alana, dan teman-temanku biasa memanggilku Alana, kata teman-temanku aku mirip orang bule. Ayah adalah orang Belanda dan ibu adalah orang Indonesia. Kami tinggal di Bogor, tempat asal ibuku. Ayahku adalah seorang arsitek dan ibuku seorang guru SD.
Sewaktu aku berusia 16 tahun, tepatnya sewaktu aku masih duduk di kelas 2 SMA, aku memiliki perasaan
yang berbeda pada teman sekelasku. Dia adalah sosok yang baru kukenal, dia pendiam ,sedikit bicara, tetapi dia cerdas dan tampan. Aku memang belum begitu mengenalnya, karena dia yang pendiam dan aku sedikit pemalu. Gayanya yang sederhana dan tidak sombong membuatku makin mengaguminya, sebut saja namanya Spiderman, itu julukan yang aku berikan kepadanya. Aku menyebutnya Spiderman
karena dia sangat kuat, suka menolong, dan sangat baik hati.
Suatu hari ketika aku pulang les, tiba-tiba ada sekelompok berandalan
yang menghadangku dan akan berbuat jahat padaku. Aku merasa sangat takut, aku pun barlari sekencang-kencangnya dan berandalan-berandalan itu mengejarku, hingga akhirnya aku sampai di perempatan jalan, tanpa sengaja aku menabrak seseorang
yang kukenal, spontan aku meminta tolong padanya,”Spiderman tolong aku, ups…maksudku Yoan!”dia terlihat sangat kaget waktu aku memanggilnya Spiderman, tetapi dia tidak menanyakan maksud ucapanku tadi. Dengan sangat berani, dia menghajar berandalan-barandalan yang tadi menggangguku, satu persatu berandalan itu jatuh terkelepar. ”Tahu rasa kalian, semangat Spidermanku!”teriakku dalam hati. Para berandalan tadi lari tebirit-terbirit karena takut padaYoan. Yoan pun
menghampiriku dan menyakan keadaanku,”Kamu gak apa-apa Lan?”tanyanya dengan sopan, dengan perasaan yang deg-degan dan wajah yang tampak memerah seperti kepiting rebus dan dengan agak tetatih aku menjawab”aku baik-baik aja kok, makasih ya?”Yoan pun tersenyum dan langsung meniggalkanku tanpa berkata apa pun. Aku hanya terdiam dan terus memandanginya hingga dia tak nampak lagi.
Setelah kejadian itu aku mulai berani untuk mendekatinya, dan berbicara dengannya, ya…biarpun dia tetap aja dingin. Tiba-tiba aku berfikir untuk mengirim surat kaleng padanya, setelah aku membuat sebuah puisi yang
menurutku adalah puisi terbaikku, sebuah puisi yang berisi pujian pada seorang yang sangat ku idolakan, aku memasukkan puisi itu dalam sebuah amplop warna merah hati. Pagi itu aku sengaja bangun pagi-pagi agar aku bisa meletakkan puisiku tadi di bangku Yoan, sebelum dia tiba di sekolah. Sepuluh menit sebelum bel berbunyi Yoan sudah tiba di sekolah,dia terlihat bingung saat melihat sepucuk surat di atas bangkunya. Yoan pun
mengambil surat itu dan memasukkannya ke dalam tas. Bel pun berbunyi, tapi hingga waktu istirahat tiba aku belum melihat Yoan membuka surat dariku, begitupun hingga waktu pulang tiba Yoan tak kunjung membuka surat dariku, aku berfikir Yoan mungkin memang tidak tertarik untuk membaca surat dariku. Tapi aku tidak menyerah, keesokan harinya aku memberinya puisi lagi, dan sama seperti kemarin aku berangkat pagi-pagi sekali sebelum Yoan datang dan begitu seterusnya selama seminggu. Padahari ke-8, saat aku akan memberikan puisi lagi, tiba-tiba ada sosok yang memegang bahuku dari belakang, sontak aku sangat kaget dan aku langsung menoleh ke belakang, ternyata Yoan memang sengaja memata-mataiku untuk mencari tahu Si Pengirim surat misterius itu, ”Y..o..a..n..kok kamu udah dateng?”tanyaku padanya dengan sangat malu. ”Kamu ngapain Lan?”tanyanya ingin tahu. ”Gak ngapa-ngapain kok!” jawabku ragu. ”Ternyata kamu selama ini yang kasih puisi-puisi itu buat aku?”tanya lagi Yoan ingin tahu. ”Ii..yyaa…maaf ya
?”jawabaku lagi.”Gak apa-apa kok!”jawab Yoan santai.
Sejak saat itu aku tidak berani tuk menyapa Yoan, karena aku sangat malu. Ingin sekali aku tidak bertemu Yoan lagi, tapi semakin aku menjahuinya aku merasa makin tersiksa. Seminggu berlalu dan aku tetap tidak menyapanya, begitupun dengan dia. Saat itu tiba-tiba ada kakak kelas yang coba mendekatiku, panggil saja namanya Reno. Lama-lama
aku semakin dekat dengan Reno, kami sering jalan bersama, karena kami
telah cukup dekat, dia pun menyatakan cinta padaku dan ingin menjadi pacarku, aku tidak langsung menerimanya begitu saja, karena jauh di lubuk hatiku aku masih mencintai Spidermanku. ”Beri aku waktu 3 hari untuk berfikir!”jawabku pada Reno.
Selama 3
hari aku terus memperhatikan Yoan dan sikapnya padaku, tapi dia tetap acuh dan tidak menghiraukanku. Setelah 3
hari itu, sepulang sekolah tampak Reno menungguku di gerbang sekolah untuk mendengar jawabanku, karena sikap Yoan yang tetap seperti itu padaku, aku menerima cinta Reno, lagian aku dengar bahwa Yoan juga lagi deket sama cewek. ”Buat apa ngarepin yang gak pasti?”tanyaku dalam hati. Reno tampak sangat bahagia mendengar jawabanku tadi.
Hari-hari di
sekolah ku lalui bersama Reno, dia selalu menghampiriku ketika istirahat dan menungguku ketika pulang sekolah, tapi aku tak tahu, kenapa aku tidak bahagia dengan Reno, aku selalu saja memikirkan Yoan yang
jelas-jelas tidak mencintaku. Kini aku dan Yoan semakin jauh, sikapnya pun semakin aneh padaku. Sepertinya aku ada atau tidak sama saja bagi dia.
Tidak terasa hubunganku dan Reno sudah berjalan selama 2 minggu, tiba-tiba sekitar pukul 19.30 ada nomer yang tidak kukenal memanggil, aku mengangkat telepon itu, aku kaget karena yang kudengar adalah suara seorang cowok yang mengatakan bahwa ada hal penting yang harus aku ketahui, dia menyuruhku untuk datang ke Green Cafe sekarang juga. Karena penasaran aku pun datang ke sana , aku sangat tidak percaya ketika kulihat Reno ada di sana bersama seorang cewek, mereka tampak sangat mesra. Aku langsung menghampiri mereka dan menyiramkan minuman ke muka Reno, tanpa berkata apa-apa, aku langsung lari dan pergi, tampak Reno ingin menjelaskan tapi aku tak mau mendengarnya. Teman-temanku sudah sering mengingatkanku bahwa Reno
itu playboy, tapi aku tidak percaya.
Aku duduk di kursi depan cafe
sambil menangis tersedu-sedu, lagi-lagi Yoan datang disaat aku butuh. Dia duduk di sebelahku dan coba menenangkanku dalam pelukkannya, tapi aku tetap menagis, sebenarnya aku tidak terlalu sakit hati pada Reno, aku menangis karena haru tak percaya jika Yoan bersikap seperti itu padaku. ”Maafin aku ya Lan, aku terlalu cuek sama kamu sampai sampai aku gak peduliin kamu, aku terlalu terbawa gengsi, dan aku gak jujur sama perasaanku kalau aku udah jatuh cinta sama kamu, maaf banget pokoknya Lan!”kata Yoan dengan sangat menyesal. ”Iya gak apa-apa kok, aku tau kalau kamu memang gede gengsinya.”
Sejak saat itu aku dan Yoan pun berpacaran hingga saat ini kami telah duduk di kelas 3 SMA. Bagiku Yoan adalah sosok yang
misterius, penuh kejutan, dan Spiderman impian yang selalu ada saat aku berada dalam kesusahan.